Senin, 04 Agustus 2008

Matic bersuara jet

Pendahuluan

Pernahkah anda mendengar motor yang bersuara mendesing seperti suara mesin jet?

Suara “ngiiiiiiiiiiiing” itu berasal dari suara motor Mio, Nouvo, Spin, Skywave, Vario atau Vespa dan terkadang juga beberapa jenis motor lainnya. Suara serupa mesin jet itu tidak seperti suara aslinya. Dari mana Asal suara itu?

Motor bersuara mesin jet tentu hasil tambahan atau ubahan dari aslinya, ya, tentu dimodifikasi dari orisinalnya. Modifikasi itu berupa penambahan sedikit komponen pada mekanisme dan desain aslinya sehingga menjadikan suara mesin tadi menjadi tidak seperti suara aslinya.

Lebih tepatnya, suara unik itu berasal dari gasingan kipas yang berfungsi utama untuk memberikan pendinginan udara pada jenis mesin pada motor matik atau motor skuter (scooter).

kenapa harus matic?

Motor automatic ataupun scooter umumnya memiliki desain bodi yang tertutup, serta desain posisi mesin yang biasa terletak dibelakang, berbeda dari motor bebek (underbone) dan juga motor sport-turing yang desain bodi lebih terbuka, dan letak mesin di bagian depan. Pendinginan yang tidak maksimal pada motor berbodi tertutup dikarenakan angin tidak dapat berhembus langsung mendinginkan mesin yang tersembunyi didalam bodi motor, untuk itu, system pendinginan pada kendaraan bermotor jenis automatic dan scooter dilengkapi sedikitnya dengan kipas pendingin (sebagai ilustrasi bisa melihat gambar 1).


Perangkat pendinginan mesin inilah yang dimodifikasi agar menghasilkan suara mendesing menyerupai suara mesin jet. Tentunya ubahan sederhana ini membuat suara motor menjadi unik dan lain dari motor standarnya, lalu, bagaimana cara suara gasingan kipas tersebut bisa serupa gasingan suara mesin jet?

Mekanisme pendinginan mesin umumnya berupa sebuah moncong intake sebagai ventilasi masuknya udara, terdapat tak jauh bahkan menyatu pada bagian samping mesin.

Dibalik moncong intake terdapat kipas yang terhubung langsung dengan poros mekanisme putaran mesin. Kipas ini bekerja menghasilkan daya hisap udara dan memampatkan tekanan udara yang terhisap untuk dihembuskan udara kearah mesin langsung pada bagian kepala dan dinding silinder, lalu keluar melalui lubang ventilasi disisi samping lainnya.

Tekanan udara padat inilah yang bisa membuat turbulensi udara didalamnya menjadi bersuara mendesing, yaitu dengan penambahan selembar plat tipis namun cukup kuat pada sisi kipas pendinginan mesin. Logikanya seperti suara tiupan angin dari mulut kita tepat disisi selembar kertas yang tentunya akan menghasilkan bunyi serupa.

Untuk membuatnya, kita bisa memodifikasi dengan berbagai pilihan, yaitu dengan bantuan jasa seorang mekanik bengkel untuk membuatkannya, membelinya, atau membuatnya sendiri.

Seingatku, dulu ada beberapa komponen aftermarket yang beragam bentuk dan medianya dipasaran untuk menghasilkan suara mendesing. Ada yang berupa plat siwingan yang harganya kira kira tak lebih dari seharga 1 liter bensin, tapi alat ini sama sekali tidak mampu menghasilkan suara yang ideal dan tepat.

Ada yang berupa komponen kipas yang sudah dalam bentuk ubahan yang tinggal dipasang, namun untuk pemasangannya cukup beresiko yang cukup fatal bila terdapat kesalahan atau ketidaksempurnaan pada pemasangannya, dan harganya yang hampir 10 liter bensin tidak sebanding dengan resiko pemakaiannya.

Ada pula yang berupa media elektronis yang menghasilkan suara berkualitas. Media tersebut terhubung dengan kelistrikan motor sehingga sama sekali tidak mengganggu kinerja kipas pendinginan, tapi mengingat harus terhubungnya media ini dengan sistem kelistrikan menjadikannya sebagai pertimbangan yang harus diperhatikan, belum lagi ruang yang dibutuhkan untuk penempatan media tersebut, harganyapun bisa mencapai 20 hingga 30 liter bensin, waah.

Atau dengan meminta bantuan mekanik bengkel maupun jasa modifikator untuk membantu membuatnya, ongkosnyapun cukup terjangkau, kira kira seharga 2 hingga 3 liter bensin, namun yang perlu diingat adalah kualitas bahan yang digunakan dan kualitas pengerjaannya.

Bagaimana kalau kita membuatnya saja? Resiko tentu ada, selain cape dan memakan waktu, juga tentu membutuhkan kehati hatian dalam membuatnya. Ongkosnya bisa bervariatif tergantung ketersediaan material yang digunakan, dengan sedikit kreatifitas dan kerja keras, hasilnya bisa cukup memuaskan koq… kita coba yuk !

Ayo kita coba.

Siapkan plat yang ideal, kira kira setebal 2-3 milimeter, plat tersebut juga harus cukup mudah untuk dipotong, dilubangi dan dibentuk serta cukup kuat untuk menahan tekanan angin dari kipas pendinginan mesin. Sebagai catatan, sebaiknya tidak menggunakan bekas plat nomor polisi ataupun seng, karena plat tersebut kurang kuat dan mudah diserang karat. Salah satu plat yang ideal digunakan adalah plat aluminium.

(sebagai ilustrasi bisa melihat gambar 2)

Kedua, siapkan peralatan yang diperlukan, peralatan ini bisa menyesuaikan kebutuhan dalam pembuatan “suara jet” ini, yaitu peralatan obeng dan kunci pas untuk membuka cover cooling fan, gergaji besi untuk memotong plat, gerinda untuk merapihkan atau menghaluskan bekas potongan pada plat, bor untuk membuat lubang baut. Jangan lupa siapkan perlengkapan kerja berupa sarung tangan dan perlengkapan keamanan lainnya bila diperlukan. (sebagai ilustrasi bisa melihat gambar 3)

Ketiga, siapkan dan buat plat berbentuk serupa huruf ‘T” ukurannya bisa menyesuaikan kebutuhan (sebagai contoh bisa melihat acuan gambar 4)

Bentuk plat mengikuti lekukan lingkar kipas, usahakan celah antara plat dengan kipas cukup dekat tapi tidak membuatnya saling bersinggungan (sebagai contoh bisa melihat acuan gambar).

Atur celah untuk menghasilkan suara yang paling ideal sambil menyalakan mesin dan mendengar suara yang dihasilkan, umumnya suara baru dihasilkan pada putara mesin diatas putaran langsam (kira kira baru berbunyi diatas 1000 atau 1500 rpm. Pasang dengan kuat untuk menghindari plat bergeser dari tempatnya. Penting untuk memastikan letak plat yang dipasang agar tidak bergeser dari tempatnya untuk menghindari resiko yang tidak diharapkan. (sebagai ilustrasi bisa melihat gambar 5)

Bagaimana Hasilnya?

Suara yang ideal biasanya dapat terdengar dari jarak 50 meter atau lebih, bahkan, dengan celah yang tepat, suara gasingan yang ideal bisa terdengar jelas dari jarak sedikitnya 150 meter. Tentunya perlu diingat, suara yang dihasilkan harus disesuaikan agar tidak mengganggu konsentrasi dan pendengaran anda sendiri maupun pengendara lain. Logikanya, makin kecil celah antara plat dan kipas, makin besar desingan turbulensi yang dihasilkan, atau, semakin padat putaran angin dari kipas, makin besar pula desingan turbulensi yang dihasilkan. Usahakan suara yang dihasilkan tidak terlalu bising hingga dapat mengusik maupun membahayakan diri anda dan juga diri pengendara lainnya.

(sebagai ilustrasi bisa melihat gambar 6)

Kepuasan yang didapat dari modifikasi suara jet ini terasa terutama bila dapat anda lakukan sendiri, tentu merupakan kepuasan yang tak dapat tergantikan dengan modifikasi lainnnya, apalagi bila dibandingkan dengan suara standar dari motor serupa yang sejenis.

Disatu sisi, anda dapat bermain main dengan suara jet yang dihasilkan, sebagaimana suara mesin jet pesawat terbang, cobalah berkendara dengan 'smooth' menghasilkan suara jet yang berirama halus dan simultan, keuntungannya, selain lebih hemat penggunaan bbm, sekaligus melatih anda menjadi 'smooth rider'.

Bon voyage, capt..

End Of The Road

Pernah gak mendengar sebuah lokasi di selatan jakarta yang bernama Ujung genteng?
tahun lalu gw dan beberapa teman berangkat kesana dengan persiapan gak lebih dari satu minggu.

bahkan sebelumnya kita nggak pernah ketemu untuk bicarain rencana perjalanan apalagi untuk membahas persiapan keberangkatan kelompok sama sekali, semua serba spontan dan tanpa perencanaan. Syukurlah kita semua sampai pada tujuan dan kembali ketempat masing-masing tanpa banyak hambatan, kecuali membawa sedikit cerita pengalaman yang berkesan.

ini rangkuman cerita perjalanannya, semoga bermanfaat.

------

Stage 1 Start Point – Cibinong

Jumat 27 Juli 2007, 22:45 – 23:15,

Jarak tempuh 40 km, average speed 70 KPJ


Dari Start-point, rombongan yang terdiri dari 9 motor bergerak pukul 22:45

menuju arah selatan dengan formasi inline dan mengembangkan kecepatan dengan cukup maksimal tanpa mengalami banyak hambatan, mengingat perjalanan dimulai pada malam hari, satu jam menjelang dini hari. Kondisi rintangan khas dalam kota yang biasa diwarnai kemacetan bisa dilalui dengan baik, kecuali dibeberapa titik lampu merah dan terminal yang pada malam itu masih terasa cukup padat. RC/LB (Lead Bike) mengambil inisiatif untuk memilih formasi lepas untuk menembus beberapa titik pada rute ini yang dengan demikian akan menyingkat waktu perjalanan rombongan, walau harus beberapa kali menepi untuk melakukan ‘’Form-up” atau kembali mengumpulkan rombongan. Perjalanan juga sempat terhenti untuk menunggu/menjemput anggota rombongan yang menyusul di “Pick-up Point” disekitar Cibinong.


Rombongan

Stage 2 Cibinong – Cicurug (medan luar kota 1)

Jumat 27 Juli 2007, 23:15 – Sabtu 28 Juli 2007, 01:15,

Jarak tempuh 46 km, average speed 55 KPJ


Di rute ini, rombongan yang sekarang genap berjumlah 12 motor ini lebih leluasa memacu kendaraan dengan lebih maksimal dalam bentuk formasi inline. Pada separuh bagian awal rute ini kami menghadapi beberapa kali kondisi jalan yang sebagian rusak parah dengan lubang-lubang dalam yang menganga maupun melebar, sehinga kami harus memutuskan dengan cepat apakah harus memaksa tuas rem untuk bekerja dengan keras, atau harus melakukan manuver cepat untuk menghindari rintangan. Beberapa kali anggota rombongan yang terpaksa menerjang rintangan harus menghentikan kendaraan untuk memeriksa dan memperbaiki kendaraan karena ada gangguan kecil seperti rumah lampu ataupun body parts motor yang kendor/lepas dari posisinya. Tercatat total waktu yang tertahan mencapai hampir 1 jam bagi rombongan untuk menghentikan kendaraan, termasuk untuk form-up dan razia kendaraan.

Stage 3 Cicurug – Pelabuhan Ratu (medan luar kota 2)

Sabtu 28 Juli 2007, 01:15 – 02:40,

Jarak tempuh 57 km, average speed 70 KPJ

Udara dingin daerah perbukitan pada malam hari yang menusuk mulai terasa. RC memutuskan untuk kembali memacu kendaraan dengan maksimal melanjutkan rute berikutnya menuju PR.

Rute ini mempunya kombinasi jalan yang bervariasi mulai dari jalan menanjak dan menurun, tikungan, perkotaan, perbukitan, dan lainnya. Hampir keseluruhan jalan pada rute ini dalam kondisi yang cukup bagus.

Kondisi ini membuat rombongan semakin maksimal dalam memacu kendaraan untuk menyelesaikan stage ini dengan waktu yang lebih cepat. Beberapa kali formasi line-up diubah menjadi formasi bebas, sehingga sebagian anggota terpecah menjadi setidaknya 3 grup kecil.

Pada rute ini RC beralih fungsi menjadi Sweeper, Leader, dan Vooridjer, sedangkan beberapa anggota pada grup kecil berinisiatif untuk berfungsi sebagaimana keharusannya.

Rute dihentikan untuk menikmati nasi dan teh panas, sate dan sop kambing serta kehangatan obrolan dan tawa anggota rombongan diwarung makan malam itu.

Sebelum melanjutkan sisa rute perjalanan, rombongan menyempatkan diri untuk Refueling di SPBU tak jauh dari lokasi tempat kita makan. Accident kecil kembali terjadi namun tidak berakibat pada kerusakan yang berarti. Menit-menit berikutnya kami beristirahat untuk sebatang dua batang rokok sambil form-up di jembatan di sekitar daerah PR (sayang kami tidak sempat mengambil foto dilokasi ini, karena gelapnya malam). Selanjutnya RC memutuskan untuk mencari tempat beristirahat yang tepat dan memilih salah satu pondokan ditepi jalan milik warga setempat untuk tidur dan beristirahat hingga fajar. Kesempatan ini digunakan beberapa anggota untuk mempersiapkan peralatan tidur seperlunya, ngobrol dan refreshing, atau membuat kopi, hingga satu persatu anggota terlelap tidur dan suasana menjadi hening.

Foto_turing13

Stage 4 Pelabuhan Ratu – Jampang Kulon (medan luar kota 3)

Sabtu 28 Juli 2007, 05:30 – 07:30,

Jarak tempuh 50 km, average speed 50 KPJ.


Inilah medan terberat yang kami lalui, dimana rute yang ditempuh adalah medan
perbukitan yang memiliki jalan yang kecil, dengan sudut tikungan kecil/sedang yang bervariatif. Dibeberapa sisi kami bisa menyaksikan laut dan hamparan kebun teh menyisiri rimbunnya pepohonan hutan. Udara dingin yang tetap terasa tajam menusuk tulang dan kabut yang masih menyelimuti sebagian dataran tinggi itu membuat rombongan harus berkonsentrasi dalam memacu kendaraan. Untunglah pada fajar itu, rute perjalanan belum banyak dilalui kendaraan. Dinginnya udara sempat membuat sarung tangan kami menjadi lembab dan basah mengembun.

Dalam formasi lepas, rombongan perlahan kembali terpecah menjadi beberapa grup kecil. Pada rute ini juga tercatat cukup banyak waktu yang tersita untuk form-up, trouble, dan perbaikan ringan. Kembali terjadi accident kecil yang membuat rombongan sempat terhenti dikarenakan satu anggota yang terpleset saat menghentikan motor menghadapi sergapan lubang, saat itu hard brake sudah cukup baik dan maksimal, namun motor hilang keseimbangan karena terpleset batu saat melewati lubang, syukurlah tak ada cidera atau kerusakan. Rombongan sempat singgah disalah satu bengkel setempat untuk perbaikan ringan yang membutuhkan pengelasan, kesempatan ini digunakan rombongan untuk form-up dan beristirahat pagi itu sambil menikmati senyuman manis kaum hawa –belia yang mulai melakukan aktivitas pagi sehari-hari.

Saat perbaikan ringan telah rampung, rombongan mengakhiri rute ini dengan singgah di sebuah warung makan untuk mengisi perut pagi itu, peserta rombongan yang tertib di perjalanan terlihat tidak bisa mengontrol emosinya dan saling bersaing untuk menikmati sarapan hangat pagi itu didesa ciparay, kecamatan Jampang Kulon, taklupa kami menyempatkan diri untuk refueling di sebuah SPBU tak jauh dari lokasi.

Refuelling

Stage 5 : Jampang Kulon – Ujung Genteng (medan luar kota 4)

Sabtu 28 Juli 2007, 08:15 – 09:00,

Jarak tempuh 58 km, average speed 72 KPJ

Setelah tangki perut dan tangki motor terisi, rombongan mulai melanjutkan perjalanan kembali. Suasana khas pesisir pantai dimana banyak ditemui pohon kelapa dan aroma air laut mulai dapat dirasakan. Kondisi jalan pada rute ini, bisa dikatakan hampir 50 % aspal halus, 50 % aspal kasar, karenanya untuk motor yang memiliki lingkar roda kecil dibawah R16 akan mengalami getaran cukup hebat saat melaju diatas kecepatan 70 KPJ. Tak terasa, tujuan kami semakin dekat, rombongan berhenti untuk membayar retribusi saat memasuki kawasan National Reserve, artinya kami telah sampai ditujuan kami dengan selamat, dan kamipun berkeliling melihat-lihat lokasi. Woow, what a great trip to the end of the road !.

Lelahnya_terbayar

Sesampainya dilokasi dan menentukan base camp. Rombongan segera mempersiapkan perlatan istirahat dan perlengkapan lain yang dibawa dan peralatan ekstra/hobi diantaranya peralatan camping, diving, mancing.


Ringkasan:

Lokasi_ug Lama perjalanan : +10 jam 15 menit (total), 6 jam 35 menit (onroad)

Jarak lokasi : kurang lebih 251 km dari start point.